Langsung ke konten utama

Sebuah Sayap



“ DIAS, CUKUP !!! ”  PRYANG !!!!
“AH, BULS**T SEMUA, AKU TAHU APA SAJA YANG IBU KERJAKAN TIAP MALAM !!!  ”
“ IBU MELAKUKAN ITU DEMI HIDUP KITA BERDUA !!! “
“ AAAAH !!! ALASAN..... SEJAK BAPAK MENINGGAL, IBU TEGA MENGKHIANATI BA......”
PLAKKKK !!!  “ CUKUP.....!!! ”
“......” Sebuah tamparan...... tamparan yang tak hanya menyakiti pipi namun juga telah merobek - robek hatiku. Kepercayaan yang telah kutanamkan pada ibuku sedari kecil harus dibayar dengan pertengkaran dan cacian hampir tiap malam. Malas dengan kelanjutan yang ada, akhirnya ku langkahkan kakiku keluar dari rumah yang kutempati.
“ KEMANA YAS ???!!!! “
“ APA PEDULI IBU ?!!!! “
“ BRUAK !!! “ Setelah membanting pintu aku pun mengambil motor, pergi menuju ke rumah Rengga.
FINE, SEKALIAN AJA KAMU GA PULANG KE RUMAH DIAS !!!, UARGHHH ! ” Tangisan yang dikeluarkan oleh ibuku setiap kami selesai bertengkar memberikan pesan bahwa episode hidup untuk hari ini selesai dan mempersiapkan diri kami berdua untuk melakukan hal yang sama setiap hari.... setiap harinya ....BRUM...!!!!

            “ Gaaaa....., ada nak Dias..... “
            “ Ha? Oh, iya nek.... “
            “ Cepetan turun Ga, he...nak Dias silahkan duduk dulu...” sambut nenek ramah
            “ He, terima kasih nek...” ucapku kepada nenek rengga sopan sambil tersenyum malu “ Tungguin lagi bentar ya nak, nenek mau buatin teh dulu “
“ Aduh nek, ga usah repot – repot...... “
“ Ga apa apa. Oh, itu dia si Rengga..... , nenek ke dalam dulu ya ....” seraya berbalik menuju dapur. Aku hanya bisa tersenyum melihat kebaikan hati nenek yang hanya tinggal berdua bersama Rengga tersebut.
“ Kenapa Yas ? Bertengkar lagi ? ” sambil menyandarkan dirinya di kursi kayu yang ada di depan rumah
“  ................................ “ Serasa tidak mampu mengatakan untuk kesekian kalinya kepada Rengga, sudah tiap malam dia menjadi saksi hidupku setiap kali aku dan ibuku bertengkar. Sejak kematian bapakku gara-gara kecelakaan setahun yang lalu, kehidupan keluargaku telah berubah 180 derajat. Karena kesulitan ekonomi, ibuku mulai  bekerja di salah satu kafe ternama dan sejak itu gosip miring selalu menerpa keluargaku oleh para tetangga yang tinggal di sekitar rumah. Pulang setiap malam, bertengkar, mencaci maki menjadi makanan tiap malam untuk kami berdua. Belum lagi para penagih hutang yang selalu datang untuk menagih hutang yang dipinjam oleh bapakku untuk usaha. Tapi, sejak Ia meninggal..... Semua hancur...... Yang kulakukan saat ini hanyalah nge-band dan beradu pendapat dengan ibuku...... hanya itu......
“ Hfff...... Iya, gue ngerti..... “
“ .................................., sory Ga “
“ Ga pa pa men, youk, kamar loe udah siap.... “ kami pun beranjak menuju ruang tengah lalu menuju kamar tidur yang telah dipersiapkan untukku.
“ Nek, hari ini Dias nginep lagi.... “ ucap Rengga kepada neneknya
“ Wah, bagus. Nenek seneng. Jadinya nenek ada yang nemenin “
“ Maaf, ngerepotin lagi ya nek “
“ Hehe, ga apa-apa nak Dias, nenek seneng lagi koq, jadinya rumah ini rame. Ga sepi lagi. Kalo ada nak Dias pasti rame jadinya... he “ Nenek tersenyum padaku dan menyilahkan masuk ke kamar sembari memberikan teh yang telah dibuatnya. Aroma jahe yang dituang dalam teh membuat badanku hangat seketika setelah sekian menit menembus jalan malam yang dingin.
“ Huahmm.... nak Dias, nenek mau tidur dulu ya... Nenek sudah mengantuk.... “
“ I....Iya nek.... “
“ Maaph ya, ga bisa nemenin nak Dias. Hufff.... coba kakek masih ada.... ah, sudahlah..., nak Dias anggap saja rumah sendiri ya..... “ Nenek pun berbalik dan turun menuju ke kamarnya.
“ Mau gue temenin bentar Yas ? “ Tawar Rengga kepadaku.
“ ..... Engga dulu deh, kayanya aku mau tidur aja ... “
“ Oke deh, kalo gitu gue juga mau tidur sekalian...oya, besok  jadi latian ma anak-anak jam 3 di BengKel, loe udah siap lagunya? “
“ Wahduh, ampir aja aku lupa tapi udah hapal setengah lebih sih, besok pagi aku siapin lagi deh.
“ Oke deh, besok yang oke yah... Huahm... Gue tidur dulu yaw...Ngantuk berat euy, hahaha... “
“ Hahaha, oke..oke... sana tidur, ku juga maw tewas dulu... hahaha “
“ Hahaha, Yup “ setelah menutup pintu, Rengga menuju ke kamarnya. Hari ini aku habiskan satu malam lagi di rumah Rengga. Satu malam yang penuh dengan pengalaman yang berat..... pengalaman yang sangat berat.......

***
Jam 3 tepat Rengga dan Ryo sudah sampai lebih dulu di BengKel Studio Music,  5 menit setelahnya aku pun sampai.
“ Gimana tadi Yas ??? “ tanya Ryo. Rengga pun hanya terdiam
“ ..... biasa, kita diem – dieman aja abis bertengkar semalem. Palingan ntar lupa lagi “ jelasku tentang suasana di rumah saat ku kembali tadi pagi dari rumah Rengga. “Heh... Gion mana ??? Telat lagi...??? ” tanyaku saat kusadari, Gion sang drummer belum menunjukkan tanda – tanda kehidupan. Setelah mengaret waktu selama 10 menit, Gion pun muncul.
Sory Bro, gue telat, hosh..hosh.. “ pinta maaf Gion kepada kami sambil terengah
“ Hehe, nenek – nenek salto juga udah tau kalieee..... eh, pilek loe kayanya tambah parah ya? Tu hidung loe merah gitu..... “ Selidik Rengga  kepada Gion.
“ Hahaha, Fine bro, tenang aja. Hari ini gue sedang fit total abis, just relax okey ? huehehehe “
“ Yakin loe ? “
“Udahlah, Youkz... whue.. uhuk..uhuk.. .hehehehe... “ Sifat humoris Gion memberi atmosfir ceria diantara kami sehingga tanpa sadar aku pun serasa telah melupakan kejadian pahit tadi malam.  
“ Ryo, lagunya udah hapal ??? “ tanyaku pada Ryo, sang vokalis
“ Sip deh bro, udah mantep deh pokoke “ jawabnya meyakinkan
“ Oke deh, yuk maen !!! Kita dah ditunggu dari tadi neh.. “ ajak Rengga
Setelah masuk studio, kami pun mulai memainkan salah satu lagu dari band GIGI dan menyanyikan satu buah lagu ciptaan sendiri. SAYAP, band kami dua minggu lagi akan diadu dengan 9 band finalis lain yang acaranya diselenggarakan oleh salah satu produk rokok terkenal. Dari 10 band itu akan dipilih 5 band untuk menuju ke Ibukota menandatangani kontrak dengan Label Mayor Besar Indonesia. Betotan bassku, raungan gitar Rengga, hentakan drum Gion dan lengkingan suara Ryo sang vokalis memenuhi ruangan studio selama 2 jam penuh sembari membawa harapan untuk dapat lolos ke Jakarta.
            “ Yes, sedikit lagi perbaikan mantep deh band kita “ tukas Ryo kepada kami
            “ Yoa, Let’s do the best
            “ Oya, Gion, katanya ada yang mau kamu omongin sama kita ??? “ tanyaku saat teringat bahwa gion berjanji ingin mengatakan sesuatu pada kami saat selesai latihan.
            “ Ohya, apaan tuh “ tanya Rengga penasaran
            “ Emmm... eeee..... laen kali aja deh gue omongin, gue maw balik dulu ke kost. Kayanya pilek gue tambah parah nieh “ elak Gion pada kami.
            “ Oya,  kayanya loe tambah parah tuh, engga ke dokter aja ? “ saran Ryo kepada Gion
            “ Engg...engga usah, gue udah beli obat koq. Istirahat bentar aja palingan sembuh. Hehehe... gue cabut dulu ya, laen kali deh gue omongin, deeee....“ dengan terburu – buru mengambil motor dan pergi. Setelah Gion pulang, kami pun berpisah menuju rumah masing – masing, walaupun aku merasa ada yang aneh untuk hari ini. Tapi... Apa itu ?.....

***
“ Rengga...... Ada nak Dias tuh... Cepetan....  Mari, duduk dulu nak Dias.....“
            “ I...Iya, makasi nek...”
            “ Nenek ke dalam dulu ya buat teh, tuh si Rengga...Ga, temenin nak Dias dulu.....”
            “ Iya nek. Hai Yas. Gimana...? ”
            “ .................................. “
            “ Lagi ya ? “
            “ ................ “ (Ngangguk)
            “ Oke deh, youk, gue anterin ke kamar loe “
            “ Thank’s banget ya Ga “
            “ Udahlah, kita kan temen... oke, nyante aja lagi.....”
            “ Rengga...... “
            “ Hmm.....??? “
            “ Menurutmu aku harus bagaimana....?”
            “ ........ Percayai kata hatimu Yas, karena kata hati tak ‘kan pernah salah “
            “ ..... “
Dan malam ini sekali lagi kulewati tidak di rumahku, lagi.
            Esoknya paginya aku kembali ke rumah, dimeja makan kulihat ibuku duduk terdiam menunggu kedatanganku...
            “ Yas, ibu mau bicara...   “
            “ Ga minat.....”
            “ Yas, Ibu sungguh – sungguh ingin mengatakan sesuatu padamu.....”
            “ Apa, tentang Ibu mengkhianati bapak setelah bapak ga ada... APA ITU HA..!!!”
            “ DIAS !!! IBU TIDAK PERNAH MENGKHIANATI BAPAKMU...!!! WALAUPUN BAPAK SUDAH TIDAK ADA, IBU TIDAK PERNAH MENGKHIANATI KEPERCAYAAN DAN CINTA YANG DIBERI OLEH BAPAK. WALAUPUN IBU BEKERJA DI SANA, IBU TETAP MENJAGA HARGA DIRI IBU... ITU SEMUA IBU JUGA LAKUKAN SEMATA – MATA DEMI KITA DIAS.... DEMI KITA... IBU...IBU.... HUHUHU....”
Aku pun hanya tertegun, sebuah pengakuan yang rasanya mustahil untuk direkayasa. Sebelum aku sempat berbicara, ibu telah pergi keluar sambil terus terisak oleh tangisnya. Tak kuasa aku mengejar dan tanpa kusadari aku pun menangis, air mata pertama yang keluar sejak terakhir aku terisak di pemakaman bapakku.

***
Sudah hampir seminggu Gion tidak ada kabarnya, sedangkan audisi kurang dari 5 hari lagi. Pesan dari Gion yang disampaikan oleh Ryo hanya mangatakan kalau sakitnya tambah parah. Ryo pun hanya diberitahu oleh temannya. Dan katanya, hari ini Gion ingin menemui aku, Ryo, dan Rengga di kostnya. Saat kami sampai di kostnya, kami dikejutkan oleh sebuah pemandangan yang sulit kami terima. Gion mengaku kalau dirinya adalah seorang Junkiest dan saat ini ia sedang mencoba untuk berhenti. Kondisi tubuhnya yang kurus dan erangan menyakitkan darinya sudah cukup mewakili penderitaanya. Kami pun bingung dan hanya bisa mengatakan “Kenapa... Kenapa...Kenapa Loe ga pernah bilang sama kita ??? ” Gion pun berkata bahwa sebenarnya ia ingin mengatakannya dari dulu, tapi ia tidak bisa. Saat inilah waktu yang terbaik baginya untuk mengakui semuanya, di saat ia sedang berada di antara jurang maut. Di saat asa hanya sebagai pelipur lara tanpa ada kesempatan untuk membuktikannya. Di saat kami semua mulai bingung, berlari, meminta bantuan agar Gion mendapatkan pertolongan. Ia pun akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya dalam ambulans yang berlari kencang menuju rumah sakit. Menuju tempat yang terakhir harapan hidupnya. Tapi semua terlambat..... Ia pun meninggalkan kami dengan senyum kebahagiaan sambil menggenggam erat tangan kami bertiga. Semua Teriak..... Semua Menangis... Semua sudah terjadi......

***
“ Satu Band lagi, SAYAP langsung naik panggung, Kalian siap - siap  ya....” Suara Soundman menyadarkan lamunanku. Hari ini adalah final audisi. Sebelum Gion pergi, ia berpesan bahwa kami harus terus berjuang. Kami pun kini telah meminta bantuan pada seorang teman untuk menjadi additional drummer saat ini. Namun saat ini, diantara kami bertiga, hanya ada suasana keputusasaan yang berkecamuk dalam hati masing – masing. Hening.
“ DIAS !!!! “ mendengar suara yang kukenal, aku menoleh dan kulihat dari kejauhan ibuku berlari ke arahku, langsung memelukku dengan erat dan tanpa sadar aku pun menangis. “ Dias, ibu percaya padamu dan teman – temanmu. Ibu percaya kalau kamu kuat Dias, kamu pasti bisa.... “
“... Ta...Tapi..... “, “ Ibu percaya padamu nak, Gion juga pasti akan mengatakan begitu. Ia pun sampai akhir hayatnya tetap terus berjuang untuk berhenti dari ketergantungan drugs, dan ia sekarang pasti telah melihat kalian dari surga sana. Ia pasti ingin kalian juga tidak menyerah seperti dirinya. Kalian pasti bisa “ Semua diam, semua hening “ Kamu pasti bisa, Diasri, puteriku yang kuat, percayalah.......”,
“..... ibu....”
“ SAYAP, SEKARANG KALIAN NAIK !!! “
Dalam waktu singkat itu aku menyadari satu hal bahwa perjuangan kami tidak hanya sampai disini. Kami akan terus berjuang demi semuanya, demi Ibu, demi Gion, demi teman – teman. Sampai saat ini kami sudah terlalu jauh untuk berhenti.
Mari kita sambut,  SAYAP!
 Sampai saat ini kami terus masih berusaha. Kami akan membuktikan bahwa kami dapat terbang tinggi, dengan Sayap penuh harapan yang kami miliki. Di depan terdapat tujuan. Di depan terbentang harapan. Di depan adalah kemenangan kami. (yo)

Komentar

_PrinCezz' hoUze_ mengatakan…
wawewawe,,,,(cuma mw nguyak2,,,)hehegh,,,,
Cihuuuuy... silakan diuyak tix :D

Postingan populer dari blog ini

Puisi Anonymous – Sahabat

     Aku lupa kapan pernah pergi ke salah satu SD di daerah Sudirman, Denpasar. Karena harus mengurus suatu urusan yang belum terurus, jadilah waktuku harus teralokasikan sedari pagi disana. Dalam postingan kali ini, sesungguhnya dan sebenarnya, tidak bercerita tentang kegiatan yang kulakukan di SD bersangkutan. Namun lebih kepada puisi tempel dinding yang sekejap mengambil perhatianku dan mematungkan diriku dengan setiap kalimat didalamnya. Sangat polos. Sangat jujur. Sangat keren. 

Soe Hok Gie : Catatan Seorang Demonstran (Resensi) - 2012

makanan ringan + bacaan berbobot       “ Saya dilahirkan pada tanggal 17 Desember 1942 ketika perang tengah berkecamuk di Pasifik…” Sebuah catatan pada tahun 1957 tercipta dari tangan seorang generasi Indonesia keturunan Cina. Namanya Soe Hok Gie. Seseorang yang hidup pada era orde lama yang selanjutnya menjadi salah satu tokoh penting dalam pergerakan perubahan yang terjadi di Indonesia saat itu.

Aku Suka Pantai

     Pantai selalu membuatku merasa nyaman. Seakan memiliki emosi, deburan ombak nya selalu menyahut ketika aku mencoba berbicara denganya. Oke,oke, Mungkin terdengar aneh tapi apa salahnya berbicara pada benda mati? :D