Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2016

Film maker – Half time Lecture – Full time Rocker

            Beberapa tahun lalu saya adalah mahasiswa tingkat akhir yang merangkak perlahan menyelesaikan skripsi. Beberapa tahun sesudahnya, saya kembali menjadi penggiat film yang pernah digeluti bertahun yang lalu. Berbulan yang lewat saya menjadi dosen untuk sebuah institusi setelah menyelesaikan tesis yang cukup mencekik. Beribu detik selanjutnya saya berada dalam formasi Duo Rock, MR HIT.             Duo Rock? Ya. Dua orang yang memainkan musik rock. Drum dan gitar. Itu saja. Aneh? Ga masalah. Yang penting Pede. Selain itu ternyata ini sangat membantu menghilangkan jenuh di tengah kegiatan akademis yang kadang menyita perhatian. Pagi nya boleh lah berpakaian rapi dengan etika layaknya soko guru yang siap membantu memajukan dunia pendidikan di Indonesia. Selanjutnya diakhiri dengan loncat - loncat di atas panggung dan teriak - teriak sampai serak. Tapi Puas! btw, Sekarang MR HIT ber empat loh. hahaha... akhirnya kita punya temen :) (tulisan ini di update setelah formasi utuh)

Pengkotakan Sosial yang ditampar Agama Baik

Masyarakat memerlukan agama / kepercayaan sebagai media untuk mendekatkan diri dengan hal yang bersifat religi. Bagi saya religi tersebut bukan semata mata membicarakan agama namun lebih kepada perasaan personal terhadap apa yang anda yakini. Ada beberapa sudut dalam diri manusia yang tidak akan selalu mampu dinalar dengan hitungan dan logika yang pasti. Suatu ruang yang diperlukan untuk hidup dan berfikir secara independen dan mengaitkan dirinya dengan keberadaan alam semesta yang luas ini. Sampai saat ini, agama dan kepercayaanlah yang mampu memberi bagian untuk itu. Contohlah ketika kita bingung harus bertindak seperti apa padahal segala cara sudah kita tempuh, alhasil kita akan berserah diri pada suatu kekuatan di luar diri dan memohon yang terbaik.

Agama HAM dan Krisis Toleransi dalam Masyarakat Sosial Media

2016. Masa ketika tulisan ini dibuat, penulis sedang berada di dalam suasana yang modern. Mulai dari penyampaian pesan yang sangat cepat, Batas dunia yang semakin tipis. Gadget canggih yang bertebaran namun tidak dibarengi dengan kesiapan mental yang cukup. Penulis sadar bahwa tidak ada yang salah dengan itu. Perubahan adalah hal yang selalu terjadi dan menjadi hakim atas semua kemungkinan kehidupan manusia di dunia. Apa yang ada dalam kepala ketika teringat masa dimana kehidupan begitu sederhana menjadi berbeda saat membuka mata dan melihat keadaan sekitar di jaman ini. Smartphone yang didaulat sebagai piranti canggih tidak serta merta dimiliki pengguna yang juga smart . Berbagai informasi dapat ditilik dan dinilai secara individu. Pergeseran mental, isu SARA, modifikasi sejarah merupakan sedikit hal dan pengaruh yang diterima oleh kita saat ini. Lewat sebuah piranti dengan besarnya yang tidak lebih dari 6 inch , masyarakat kita sudah belajar banyak. Masyarakat kita sudah le