Ruangan itu cukup bersih dengan diameter yang tidak terlalu lebar. Baik tembok, lantai, maupun atap ruangan itu senantiasa memberi salam kepada para mahluk lemah yang mulai menyapa dunia ini. Nasib itu pun mengikuti seorang bayi yang terlahir tanpa daya di tangan seorang bidan di awal tahun 1988.Dengan terus menangis meraung – raung, si bayi mencoba menyadari apa yang telah terjadi setelah terbangun dari pingsannya selama 9 bulan 1 minggu.
Beberapa sanak keluarga yang telah menunggu menyambut rombongan suami istri itu
sambil dihantarkan oleh kerabat lainnya dengan (tentu saja) si bayi yang
tertidur, diarak menuju rumahnya di Abian Kapas, Kesiman. Ketiga kakak
perempuan bayi itu pun mulai berebutan ingin melihat dan menggendong sang
pangeran mungil. Tapi belum saatnya. Saat ini masih dalam pelukan sang ibu.
Nanti jika sudah lebih besar, si bayi imut nan cute itu bolehlah dioper gendong kesana –
kemari. 10 Januari 1988 segera berakhir beberapa jam lagi. Si bayi tertidur
mendahului penghuni areal rumah yang masih kuat terjaga sambil tetap mensyukuri
anugrah yang mereka terima hari itu.
…..
9 Januari 2012. Nuansa langit kelabu sejak kemarin subuh. Matahari
yang mencoba menembus rapatnya barisan tentara hujan seakan kehilangan
keperkasaannya sehingga Ia hanya mampu menerangi bumi dari luar awan. Detak
jarum jam terasa cepat berlalu akhir – akhir ini. Mungkin karena cuaca yang melulu
hujan? Jadinya tidak ketahuan kapan pagi, dimana siang dan kok sudah malam?! Dalam sebuah kamar berukuran 4x3
meter di salah satu rumah di jalan Gandapura, Denpasar, pemuda itu terbangun
dari tidur (keduanya). Iseng melirik hape, terlihat angka 3.33 pm. Dem! Sambil terhuyung – huyung, dia menuju
kearah dapur dan mengambil segelas air untuk menyegarkan tenggorokannya yang
kering.
Sejam
berikutnya dia mengambil makanan yang merupakan gabungan dari sarapan, makan
siang dan makan malamnya saat itu. Di temani bacaan donal bebek jaman jadul, dia menyantap
makanan sederhana itu penuh selera. Perut kenyang dunia terang. Sambil sesekali
melirik kearah langit yang tetap statis kelabu dia berujar “Hujannya lama bener yak?” Setelahnya diteruskan
dengan berbagai kegiatan suci lain saat terdampar di rumah sendiri dalam
keadaan langit luar dengan hujan ngerepet.
Bersantai sambil membaca buku yang belum terbaca, ngemil, mecil hape buat twitter an (sesekali), ongkang – ongkang kaki,
loncat – loncat dan terkadang koprol dirgahayu 180 derajat.
Si bayi kini telah memasuki usia produktif sekolah. Semakin hari
Ia mulai mampu mengikuti segala irama kehidupan yang menyentuh kehidupannya
kala itu. Berbagai macam keadaan telah membuat dirinya melihat berbagai
kenyataan yang kelak menjadikannya sebagai seorang insan manusia yang tidak
akan pernah ia duga. “Yaa, akulah sang penyelamat dunia,” pikirnya secara ngaco dalam kepalanya. Memang saat itu Ia
sangat menggemari berbagai cerita tentang kisah kepahlawanan. Dari versi lokal
seperti Mahabharata, Wiro Sableng sampai versi interlokal kaya Satria Baja Hitam, Spiderman dan
sebangsanya.
Kerap
karena keasyikan dalam dunianya sendiri, anak itu diejek dan dijauhi oleh kawan
– kawan SD nya yang juga tidak memiliki fisik bagus dibandingkan dirinya yang
tampan aduhai. “Penghayal, penghayal, Woeee…,” ejek beberapa manusia laknat
yang entah kenapa bisa satu sekolah dengan dirinya Di SD 5 Saraswati, Denpasar
itu. Namun Ia tidak melawan. Keluarganya mengajarkan bahwa kekerasan tidak
harus dilawan dengan kekerasan. Ia pun hanya menyingkir sambil mulai memendam
dendam yang menjadi salah satu ciri sifat buruknya di kemudian hari. Penyimpan
dendam + sedikit taburan Introvert x memiliki daya imajinasi yang liar =
Semoga dia tidak menjadi psikopat.
…..
4.55pm. Pemuda itu pun mengambil sebuah buku lain untuk dibaca.
Dilihat dari judulnya, sepertinya Ia memiliki ketertarikan terhadap hal – hal
yang tidak umum. Hujan masih mengguyur bahkan lebih deras dari sebelumnya.
Sesekali Ia membolak – balik halaman buku itu sambil memperbaiki letak
kacamatanya yang retak di sebelah kiri. Baik dia dan saudaranya memiliki bakat
mata minus. Menurut cerita yang beredar di
masyarakat, Ibunya lah yang menurunkan itu kepada anak – anaknya. Lalu ayahnya?
Pakai kacamata juga sih. Tapi kacamata plus. Sama aja!!!
Kebiasaannya memakai kacamata dimulai sejak dirinya berada di kelas 6 SD.
Indikasi matanya yang bermasalah sudah diketahui dari kelas 4 SD. Namun dirinya
menolak untuk memakai benda berlensa itu. Alasannya, “karena kacamata cuma dipake sama orang pintar. Aku ga pintar.” Tapi memang alam memiliki
kuasanya sendiri. Waktu berjalan dan mengharuskannya memakai kacamata yang
sempat dihindarinya itu. Kini pemuda itu merasa bangga dengan kacamata yang Ia
kenakan. Bukan hanya karena modelnya yang asik. Namun lebih kepada esensi
kacamata itu untuk dirinya. “Wearing glasses is not for the smart people only.
Everybody has the smart and genius brain. Although, I am not smart, but
I’m genius. So I wearing glasses” ungkapnya mencoba mencari pembelaan keren
selain karena alasannya untuk menutupi matanya yang memang minus. Kayang!
…..
Memasuki usia remaja. Merupakan fase pembelajaran yang meningkat
levelnya bagi anak Introvert itu. Saat itu Ia bersekolah di SMA N 3 Denpasar
setelah menamatkan pendidikannya di SMP Cipta Dharma. Sebuah pilihan neraka
(pada awalnya) yang memasukkan dia kepada kehidupan yang lebih nyata.
Digembleng dengan pergolekan fisik dan mental sedari mulai menginjakkan kakinya
di area rumput 5 juta yang terpampang rapi bak permata hijaunya sekolah itu.
Mengenal teman – teman yang kelak akan menjadi sahabatnya. Mengenal cara
pemecahan masalah secara lebih lugas dan bertanggung jawab. Mengenal tantangan
dalam bentuk inovasi maupun ekstra kurikuler. Mengenal pengambilan keputusan
yang berani dan berkonflik saat memilih jurusan IPS. Dan mengenal cinta
(pertama kali) yang tersimpan rapat selama 2 tahun dan kandas dengan bejat 2
tahun berikutnya.
Keegoisan muncul bersamaan dengan rasa ikhlas yang terus menuntutnya menjadi
pribadi yang lebih baik. Remaja itu (mulai) berani dan teguh mempertanggung
jawabkan setiap polah kata dan tingkah yang Ia terapkan pada lingkungannya.
Mulai menyadari bahwa apapun yang Ia terima saat itu merupakan anugrah Tuhan
kepadanya. Sebaiknya Ia mulai menghargai dan menjadikan dirinya sebagai manusia
yang terus mengasah dirinya sebagai bekal di kemudian hari. Mulai belajar
ikhlas dan menghargai sambil mencoba untuk meninggalkan sifat egois. “Yud,
jelek kali mukamu lo! Kaya monyet,” ungkap seorang kawan SD yang kebetulan
bertemu dengan remaja itu. ‘Memuji’ dengan riuh tanpa tedeng aling – aling. “
Hahaha, Iya nih, daripada mukamu, kaya pantat monyet.” Respon si remaja yang bernama Yudha memberi
“hadiah” tambahan pada (pasca) temannya itu.
…..
Langit tampak memudarkan cahayanya. 6.17pm. Pemuda itu keluar dari
kamar mandi sambil membebal tubuh seksinya dengan handuk. Menunggu tubuhnya
mengering, Ia memasuki kamar, menghidupkan komputer dan menghidupkan mp3 dan
memilih Linkin Park. Dentaman musik mulai meningkat seakan ingin menyaingi
suara deru hujan di luar kamarnya. Setelahnya Ia menambahkan beberapa mp3
secara ngacak seperti Morning After, Kula
Shaker, Depapepe, Endah N’ Rhesa dan kumpulan musik riot. Sungguh random pilihannya.
Ketertarikan pemuda itu pada musik sebenarnya cukup terlambat. Yang ada di
otaknya dulu hanya bermain dan nonton tv. Hingga suatu hari Ia mendengarkan
sebuah lagu lewat tape radio di sebuah bus darmawisata yang sedang Ia tumpangi
kala SMP. Iseng Ia bertanya pada temannya dan akhirnya lagu yang Ia dengarkan
adalah satu lagu dari LP. Bermodal nekat dan uang tabungan, pergilah Ia,
dikemudian hari, ke toko kaset untuk mencari kaset yang dimaksud. Itu adalah
kali pertama dirinya memutuskan untuk membeli kaset setelah selama beberapa
malam terngiang nada – nada LP pada tidurnya. Selanjutnya Ia mendengarkan musik
lain semacam Eminem, menuju ke Iwan Fals dan Peterpan. Penyadaran musik yang terbalik.
Berkat kemajuan teknologi, mp3 mulai merambah masyarakat. Semakin gampang dan
seringlah pemuda itu (dulunya) mendengarkan musik. Melihat peluang bisnis,
pemuda itupun membuka usaha dalam hal membajak mp3 dan cd audio yang saat itu
masih langka. Berawal dari
selera musik yang aneh, berlanjut kepada kemampuannya mengembangkan usaha khas
Indonesia yang akhirnya gulung tikar pada akhir SMA.
Tertarik pada musik untuk pertama kalinya. Tertarik untuk memulai usaha membajak untuk pertama kalinya *ini untuk koleksi pribadi lo :p |
…..
Remaja itu kini telah beralih menjadi remaja tanggung. Menamatkan
pendidikan di SMA dan terlempar dengan kejam ke Fakultas Sastra, Universitas
Udayana. Bermodal pengalaman dan teman – teman baru, Semakin gencar saja remaja
tanggung itu menggapai mimpi – mimpi yang pernah terbendung sedari lama.
Ketertarikannya pada video telah membulatkan tekadnya membuat Studi_yo [films].
Kegemarannya pada musik juga memberinya kesempatan berkarya di sebuah band
bernama The kantin. Keingintahuan dirinya
pada simbol dan misteri perasaan manusia membuka jalannya mempelajari tarot
(tanpa hal mistis) khusus konsultasi.
Di
momen itu juga, remaja tanggung ini mulai meyakinkan diri untuk terus berkarya
dan membuat banyak orang senang dengan karya – karyanya. Semakin tinggi pohon,
semakin tinggi pula angin yang menerpa. Banyak sekali hambatan dan halangan
untuk menggapai harapannya yang memang tinggi. Disini Ia mulai meragukan
ungkapan “Gapailah cita – citamu”. Rasanya sangat berat dan lama. Mungkin
karena sewaktu kecil Ia diajari untuk “Gantungkan cita – citamu setinggi
langit”. Kalo memang mau
diraih, kenapa harus pake gantungin setinggi langit?!!! Tapi ini adalah tantangan. Tantangan
akan membuat kehidupan lebih berwarna. Itulah yang bereaksi di otak remaja
tanggung ini.
...
9.09pm. Malam sudah menyergap langit Denpasar. Hujan pun masih enggan untuk bergeser. Pengaput badan sexy pemuda itu pun telah berganti menjadi satu setel celana dan baju. Beberapa jam lagi umur pemuda itu akan menjadi 24 tahun. Umur yang tidak bisa dikatakan bayi, anak – anak, remaja ataupun remaja tanggung lagi. Umur itu akan menuntut kehidupan yang lebih kompleks dan semakin misterius bagi dirinya. Masih terngiang di ingatannya ketika tepat setahun yang lalu Ia gelisah menghadapi kegalauannya memasuki umur 23. Ketika itu Ia ditemani oleh seorang kawan dengan obrolan cerdas dan manghangatkan sehingga Ia menjadi lebih ikhlas menerima kenyataan penambahan umur pada dirinya. I’m gonna be 24 years old. Shit dude! Looks so old T,T no..no..no…still adult :p
9.09pm. Malam sudah menyergap langit Denpasar. Hujan pun masih enggan untuk bergeser. Pengaput badan sexy pemuda itu pun telah berganti menjadi satu setel celana dan baju. Beberapa jam lagi umur pemuda itu akan menjadi 24 tahun. Umur yang tidak bisa dikatakan bayi, anak – anak, remaja ataupun remaja tanggung lagi. Umur itu akan menuntut kehidupan yang lebih kompleks dan semakin misterius bagi dirinya. Masih terngiang di ingatannya ketika tepat setahun yang lalu Ia gelisah menghadapi kegalauannya memasuki umur 23. Ketika itu Ia ditemani oleh seorang kawan dengan obrolan cerdas dan manghangatkan sehingga Ia menjadi lebih ikhlas menerima kenyataan penambahan umur pada dirinya. I’m gonna be 24 years old. Shit dude! Looks so old T,T no..no..no…still adult :p
Tumbuh kembang cerdasnya anak Indonesia |
Si bungsu
itu akan menyamai kakak – kakaknya bahkan kedua orang tuanya. Dia akan melewati
fase yang pernah mereka semua lalui. Namun pastinya dengan cerita yang berbeda.
Apa yang akan pemuda itu lakukan kelak? Tidak akan ada yang tahu. Baik orang
lain maupun pemuda itu sendiri. Semoga pemuda itu dapat menjadi seseorang yang
lebih baik lagi dan mampu memberikan yang terbaik bagi dirinya, keluarganya dan
orang – orang di sekitarnya. Astungkara :)
Pelaku liak liuk linimasa
si Bungsu
-Anak Agung Ngurah Bagus
Kesuma Yudha
Komentar
foto waktu smp mana,yud? huhehehe
gimana, 24? *pegangan*
bisa jadi inspirasi...
makin tua makin keladi...
salut tuk yudha yooo...
Hahahaha..
jadi penulis novel muh yud! pasti sukses..
24? hem, looks so handsome dan dewasa :D *salaman
@deva : Terima kasih bro. Gpp, semakin tua semakin bijaksana kan mampu meraih mimpi yang tak terbatas. YOU WILL BE AN OLD MEN TOO DUDE!! ;P
@abe : Jangan - jangan kamu yang menjadi salah satu litelfaka musuhku pas sd tu ya? hahaha... thx be, Semoga masih ada yg mau ngeliat tulisan sekte kaya gini kalo aku jadi penulis novel ;P