Pantai kadang membuat
perasaan duka sekejap menjadi terlupa. Ada rasa yang timbul ketika melihat,
mendengar dan merasakan deburan ombak yang berusaha menggapai raga. Saat
favoritku adalah ketika menghabiskan waktu di pantai kala pagi maupun senja.
Merasakan begitu besar ciptaan Tuhan ini jika dibandingkan posisiku yang tidak
seberapa. Ikut berbahagia ketika cipratan air menyentuh pori – pori kulit
dengan iringan angin yang nakal mengelus wajah. Kadang terdiam disaat penat dan
kesal bercampur, hanya terduduk di tepi pantai berharap ombak membawa jauh
perasaan ini ke tengah lautan.
Entah kenapa pantai selalu
bisa menjadi ‘penyembuh’. Selalu ada yang mendambakan pantai serta suasananya
mampu membangkitkan kondisi hati yang terluka. Mungkin berbeda bagi setiap
orang namun pernyataan ini terasa jujur bagiku. Disaat senggang (jika bisa)
selalu kusempatkan waktu berkunjung hanya untuk sekedar menyapa ‘teman lama’ ini. Memang semenjak lahir hingga sekarang, tempatku tinggal selalu dekat
dengan pantai. Mungkin seharusnya aku tumbuh kekar seperti David Haslehoff dan
menjadi penyelamat pantai layaknya Baywatch. Tapi… Ah, nevermind. Yang penting I
Love It :)
Neh kan? pantainya bagus ya? :) |
Pantai yang sekarang sangat
jauh berbeda. Jika dulu terasa lebih asri, kini kata asri itu hanya terpampang sebatas
reklame. Masalah klise yang kedepannya bakalan menjadi rentetan klise yang
lebih panjang. Klise itu bisa disebut sebagai masalah sampah. Siapa yang suka
kotor dan sampah? Jika kamu bukan kecoak dan tikus, sepertinya mahfum jika
menghindarinya. Walaupun bukan penyelamat lingkungan, niat selalu menggerakkan
tanganku untuk memunguti sampah (khususnya plastik) di pantai. Itupun saat
kebetulan melintas dan melihatnya. I’m a
hero? Just No. Secara spontan mungkin hanya menyadari bahwa plastik itu
berbahaya bagi lingkungan. Pemungutan sampah itupun hanya terjadi hanya di
daerah tertentu seperti pantai atau gunung. Tempat yang dimana truk sampah
tidak memungkinkan untuk melintas.
Sampah plastik yang terselip malu - malu *argh! |
Bangunan permanen di bibir pantai? peraturan darimana yang memperbolehkan? :( |
Kekhawatiran ini pun
akhirnya berujung pada sebuah artikel yang kutulis 2009 silam. Masih tentang
dilema antara sampah plastik dengan korelasinya terhadap laut dan pantai.Sebuah
propaganda kecil – kecilan yang kuharap mampu menyadarkan diri akan pentingnya
menjaga lingkungan. Hanya sebuah tulisan biasa yang diharapkan mampu memberikan
efek pada kehidupan kita yang luar biasa ini.
Botol plastik itu berguling, menuju laut yang memanggilnya
lewat angin. Hingga deburan ombak menyapa dan membuatnya bergabung dengan sampah laut lainnya.
Sekilas hal itu terlihat biasa, Namun dari botol – botol
plastik minuman yang terkumpul sedemikian rupa mampu ‘mengikis’ kehidupan
ekosistem laut yang telah terjaga keasriannya. Selain merusak pemandangan,
sampah laut tersebut juga mengancam kelangsungan hidup terumbu karang seperti
yang terjadi di Taman Laut Bunaken. The United Nation Joint Group of Expert on
the Scientific Aspect of Marine Pollution (GESAMP,1991) menguak bahwa 80 persen polusi lautan berasal dari daratan dan puing –
puing sampah laut yang masuk baik dari DAS (Daerah Aliran Sungai) maupun peran masyarakat dalam membuang material plastik di pantai.
Keanekaragaman 89.000 hektar
dengan kurang lebih 1.000 spesies ikan dan 400 karang batu terancam punah karena kumpulan sampah plastik di pesisir atau yang terapung di perairan. Tidak hanya di Bunaken,
daerah hutan bakau Bali seluas 1.373 hektar, kerjasama Departemen Kehutanan RI
dan Japan International Cooperation Agency (JICA) telah berkali – kali mendapat
‘kiriman’ sampah khususnya plastik dan
sampah rumah tangga. Kebanyakan berasal dari
masyarakat sekitar yang membuang sampah ke sungai hingga bermuara di hutan bakau. Tentunya ini juga sangat
membahayakan bagi kelangsungan hidup ekosistem laut selanjutnya.
Asumsi
muncul berdasarkan fenomena meluasnya pembuangan sampah plastik ke laut selama 5 tahun terakhir. Beberapa dekade ke depan, usia ‘hutan’ pemroduksi oksigen no.1 dunia
dan biota laut didalamnya akan berkurang secara signifikan bahkan memungkinkan
untuk punah. Fenomena di atas telah mengajarkan kita untuk lebih sigap terhadap
kebersihan laut dan terumbu karang.
Dengan mulai menjaga dan mengawasi sekitar
agar tak ada sampah plastik yang terlanjur lewat menuju laut, kita dapat
menyelamatkan kehidupan laut yang berimbas pada kehidupan kita semua di pesisir.
Mari mulai mengambil sampah dan botol plastik yang
perlahan sedang tertarik ombak menuju ke laut lepas sebelum tertarik tepi jaman. Semudah itu
untuk menjaga ekosistem laut. Ayo kita Lakukan bersama!
Kalau ketemu ini, silahkan dibuang di tempat sampah. Ga pa pa koq. :| |
Kembali
ke tahun 2012
Mungkin banyak menganggap
bahwa yang kutulis di artikel itu ‘There’s nothing to do’. “Apa efeknya kalau
hanya satu orang yang mau menjaga kebersihan sedangkan orang lain lebih rajin
menabung sampah di laut, pantai maupun gunung?” Well, it’s all back to you. Jika tidak mau ikut menjaga lingkungan,
jangan ajak aku untuk mengikutinya. Aku suka pantai dan aku ingin agar daerah
itu bersih. Aku tahu masalah sampah itu akan terus ada. Selalu akan ada sampah
yang sedikit demi sebanyak menggunung dan menghantui kehidupan kita. Setidaknya
aku memiliki niat untuk menjaganya. Don’t
ask me ‘til when I will do this. Daripada terlalu cepat mengandai hasil
mending Just do it.
Aku percaya. Kini sudah
semakin banyak pribadi yang mulai concern
untuk menjaga kebersihan lingkungan. Inilah yang kumaksud tipikal manusia
modern yang tampan dan cantik. Jika setelah membaca tulisan ini kamu mulai
menjaga kebersihan lingkungan (minimal) sekitarmu, selamat! Anda telah ter
PROVOKASI dan sekaligus menjadi manusia yang TAMPAN dan CANTIK :P
Nb : Mau dibilang tampan dan
cantik serta ‘ga menganut kehidupan purba?
You know what to do.
You know what to do.
Someday, we'll meet again :') |
Kegiatan di kala senggang. Terbang menuju pantai - pantai lain :D |
Komentar