Langsung ke konten utama

Berbisiklah...




Berbisiklah padaku sayang. Tentang semua harapan di masa depan. 
Rangkul dengan erat, tanpa jeda jika kau bisa. 
Ingin kulewati sebuah waktu yang terhenti hanya untuk menatap sepasang mata yang tulus. 
Berdiri sama menyisir angin yang mengalir. Menatap kemilau oranye di sudut khatulistiwa. 
Di sana sayang, ku harap kau mau meminjamkan pundakmu. 
Sejenak. Membuatku nyaman. 
Sekejap. Sebelum waktu kembali mengambil jati dirinya. 
Sebentar saja, dalam sandaran pundakmu, berbisiklah padaku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Anonymous – Sahabat

     Aku lupa kapan pernah pergi ke salah satu SD di daerah Sudirman, Denpasar. Karena harus mengurus suatu urusan yang belum terurus, jadilah waktuku harus teralokasikan sedari pagi disana. Dalam postingan kali ini, sesungguhnya dan sebenarnya, tidak bercerita tentang kegiatan yang kulakukan di SD bersangkutan. Namun lebih kepada puisi tempel dinding yang sekejap mengambil perhatianku dan mematungkan diriku dengan setiap kalimat didalamnya. Sangat polos. Sangat jujur. Sangat keren. 

Soe Hok Gie : Catatan Seorang Demonstran (Resensi) - 2012

makanan ringan + bacaan berbobot       “ Saya dilahirkan pada tanggal 17 Desember 1942 ketika perang tengah berkecamuk di Pasifik…” Sebuah catatan pada tahun 1957 tercipta dari tangan seorang generasi Indonesia keturunan Cina. Namanya Soe Hok Gie. Seseorang yang hidup pada era orde lama yang selanjutnya menjadi salah satu tokoh penting dalam pergerakan perubahan yang terjadi di Indonesia saat itu.

Aku Suka Pantai

     Pantai selalu membuatku merasa nyaman. Seakan memiliki emosi, deburan ombak nya selalu menyahut ketika aku mencoba berbicara denganya. Oke,oke, Mungkin terdengar aneh tapi apa salahnya berbicara pada benda mati? :D