Langsung ke konten utama

Pembalasan Terkutuk Manusia Laba – Laba (2011)




     TEROR TELAH TERJADI! Masa dimana semua mahluk hidup dalam kedamaian telah terusik. Khususnya kepada manusia yang hobi mengganggu ataupun menyiksa binatang. Ya! Teror itu bernama Manusia Laba – Laba. Dia akan mencari dengan tekun orang – orang yang memiliki niat jahat terhadap binatang. Kalau bertemu, jangan harapkan belas kasihan darinya. Karena dia TIDAK memiliki rasa kasihan untuk dibagi. Yang ada hanyalah dendam kesumat yang terkumpul dari binatang untuk dibalaskan. Berhati – hatilah terhadapnya.Waspadalah akan Pembalasan Terkutuk Manusia Laba – Laba !

Dibalik Layar
     
     Awalnya kami berlima adalah mahasiswa sastra Inggris salah satu perguruan tinggi negeri di Bali. Ide untuk membuat film ini muncul pada saat menjalankan tugas PKL yang diberikan oleh kampus. Tau PKL? Itu kepanjangan dari Praktek Kerja Lapangan (bukan Pedagang Kaki Lima ya :P). Okeh, mari kembali ke topik. Mahasiswa biasanya memilih tempat PKL berbanding lurus dengan kemampuan akademis yang didapatnya. Jika ekonomi, ya, berhubungan dengan masalah keuangan. Jika teknik, biasanya ada bau - bau mekaniknya. Jurusan ilmu komputer? Pkl nya di tempat yang ada komputer dan berurusan dengan jaringan, software atau apapun itu. Fenomena ini muncul juga di kampus sastra kami tercinta. Sebagai mahasiswa sastra inggris, umumnya teman – teman memilih tempat pkl yang dapat berhubungan langsung dalam penggunan bahasa inggris. Ada yang mengajar, ada yang di travel atau apapun.

Tim PKL Zoo yang sedang berbahagia
   Sebagai mahasiswa tekun yang rajin bolos dan begadang, kami pun kebingungan menentukan tempat PKL. Untuk mengajar? Woalaaah, yang ada kami dikenai combo saat adu bahasa inggris dengan murid kami sendiri. Jaman sekarang anak SMP udah pandai cas cis cus coooy. Kalo di travel? Nanti kedatangan wisatawan dikhawatirkan turun secara signifikan. Kami pun bingung. Melongo. Kalem. Tidur. Hingga pada pertemuan dengan teman – teman sejawat, kami pun mendiskusikan (masih) dengan topik penentuan tempat PKL. Didalam kebingungan itu muncul saran seorang teman yang terasa sebagai pencerahan selevel mendapatkan mukjizat. “Eh, gimana kalo PKL nya di zoo (kebun bInatang) aja? Kan lumayan dapat jalan – jalan sebulan sambil ber cas cis cus sama tamunya?” ucap oleh seorang kawan yang mari kita samarkan namanya menjadi Ari Nobith.

Kasi salam sama mbah Jacky, Ampun mbaaah !
     Memang dipandu dengan kecerdasan minimum, kami pun akhirnya mengajukan lamaran PKL ke beberapa zoo di Bali dan dalam suatu hari kami dinyatakan diterima ber-PKL di salah satu zoo. Kami pun datang dan menjalankan tugas yang entah bagaimana kami juga bingung menjalankannya. Mungkin karena pihak zoo baru kali ini menerima mahasiswa sastra inggris ber-PKL di tempatnya. Akhirnya kami mendapat mandate untuk membantu staff dalam meng-improve bahasa inggris mereka saat berkomunikasi dengan pengunjung yang didominasi oleh kaum bule.

Bukan bule sih tapi jegeg, ayo fotoan ! :P
     Selama beberapa hari PKL disana kami selain membantu staff juga rajin mengabadikan situasi tempat PKL dan mencari data untuk keperluan ujian PKL. Namun seiring berlalunya waktu, orientasi pencarian tugas lebih kepada kesan bersenang – senang dan ajang bersenang – senang. Sampai ketika kami mencoba berfoto di salah satu spot menarik. Disini terdapat tiruan laba – laba berukuran raksasa tertempel dipagar. Mulut laba – laba itu sangat besar sampai kepala kami bisa masuk kedalamnya. Tiiba – tiba timbul keinginan laknat untuk membuat film. Aku pun mengajak Mertana, Tembo’x, Jhon (Pardika) dan Deva as my PKL team also. Mereka setuju. Mereka senang. Mereka sumringah. Mereka lompat – lompat. Mereka aneh -__-!

Laba - laba yang menginspirasi :P
     Karena faktor alat alias tidak ada satupun dari kami yang memiliki kamera video semacam handycam atau lainnya, rencana pun mundur beberapa hari. Setelah dipikirkan, aku pun berniat membuat film dengan menggunakan konsep stop motion yaitu penggabungan gambar dari kamera secara berurutan sehingga menghasilkan satu alur yang utuh (dan pertama kalinya aku menggunakan teknik ini :P). Pemilihan karakter disematkan kepada Mertana as pemeran utama. Pemeran utama yang menjadi manusia Laba – laba. Pemain pendukung, ya, kami berempat saja. Akhirnya pembuatan film pun dimulai 2 minggu sebelum masa PKL kami habis di tempat itu.

Saudaraku sayang, saudaraku malang 
     Dalam menjalankan misi suci kami, berbagai taktik dan tipu daya digunakan. Mulai dari pembuatan film yang sama sekali tidak boleh dilihat oleh staf zoo apalagi bosnya. Malu aja kalo track record kami jelek karena melalaikan tugas utama dan melaksanakan kegiatan lain (tapi memang niatan kami yang iseng juga sih :P). selanjutnya memasukkan barang – barang pendukung yang tidak lazim kedalam area zoo semacam sarung tinju (belum pernah kan melihat pengunjung membawa sarung tinju masuk ke zoo? Memangnya mau ngapain? Bertinju sama gorilla? Maka dari itu sarung tinju masuk kedalam benda yang tidak lazim), tato palsu, sisir, tripod dan lainnya. Semua itu dimasukkan kedalam tas kami yang menggelembung secara tiba – tiba. Pernah ada satu staf bertanya tentang isi tas yang kugendong. Merasa perlu jawaban pintar dan agar tidak dicurigai, aku pun menjawab “Isinya mayat pak, hahaha.” Dan dia pun ikut tertawa. Sungguh kami berdua memiliki selera humor yang aneh.

Sebelum teror terjadi, mereka adalah teman baik (1)


Sebelum teror terjadi, mereka adalah teman baik (2)

    Akhirnya kami hanya memerlukan satu minggu pembuatan film ini. Kami pun akhirnya bisa keluar tugas dari tempat PKL dengan track record bersih. Ujianpun berlangsung dengan baik dan kami mendapatkan nilai A. Atas persetujuan bersama, film ini dikeluarkan setahun setelah kami PKL di zoo sana pada bulan Juni 2010. Setahun berlalu dan tahun 2011 sudah mengawangi kehidupan kita. Saatnya menikmati film teranyar kami yang pemainnya asli dari perkumpulan mahasiswa HIMARAMBO sastra inggris 2007. Dengan soundtrack paten tentang HIMARAMBO yang dimandori pembuatannya oleh Tembo’x. Semoga dapat menghibur :D

Dibuang SAYANG :P

Yudha, Pimpro sekaligus samsak latihan sang pemeran utama
Mertana,
secara tidak sengaja tertangkap momen saat dirinya 'dinikmati' oleh laba - laba raksasa. kasihan :'(
Jhon, sangat antusias saat melihat manusia laba - laba datang.
Kegembiraanya ditunjukkan dengan push up.
Tembo'x, memiliki kelainan.
Akan terangsang jika ada yang memukul wajahnya. Coba deh :P
Deva, em, silahkan komentari sendiri deh -___-!

Komentar

Yoga Kodok mengatakan…
Great!!!! This is what I always waiting for...
@Yoga Kodok : Great! let's wait for another video that'll make \m/
.gungws mengatakan…
gwauahahahaha...selalu edan!
@.gungws : Edan itu nama tengahku, \m/ huyeeee!!!
deva pradnyana mengatakan…
wkwkwk reunion 🤣 dah berapa kali ksana yg lain pada ditanya.kondisi dah berubah banyak disana

Postingan populer dari blog ini

Puisi Anonymous – Sahabat

     Aku lupa kapan pernah pergi ke salah satu SD di daerah Sudirman, Denpasar. Karena harus mengurus suatu urusan yang belum terurus, jadilah waktuku harus teralokasikan sedari pagi disana. Dalam postingan kali ini, sesungguhnya dan sebenarnya, tidak bercerita tentang kegiatan yang kulakukan di SD bersangkutan. Namun lebih kepada puisi tempel dinding yang sekejap mengambil perhatianku dan mematungkan diriku dengan setiap kalimat didalamnya. Sangat polos. Sangat jujur. Sangat keren. 

Soe Hok Gie : Catatan Seorang Demonstran (Resensi) - 2012

makanan ringan + bacaan berbobot       “ Saya dilahirkan pada tanggal 17 Desember 1942 ketika perang tengah berkecamuk di Pasifik…” Sebuah catatan pada tahun 1957 tercipta dari tangan seorang generasi Indonesia keturunan Cina. Namanya Soe Hok Gie. Seseorang yang hidup pada era orde lama yang selanjutnya menjadi salah satu tokoh penting dalam pergerakan perubahan yang terjadi di Indonesia saat itu.

Aku Suka Pantai

     Pantai selalu membuatku merasa nyaman. Seakan memiliki emosi, deburan ombak nya selalu menyahut ketika aku mencoba berbicara denganya. Oke,oke, Mungkin terdengar aneh tapi apa salahnya berbicara pada benda mati? :D