Ada
beberapa hal yang membuatku bahagia. Mencium bau tanah yang terkena hujan di
sore hari. Menyeruput susu cokelat sembari membaca buku di hari yang dingin.
Menatap angkasa yang biru dari tempat teduh. Ah, sungguh mahal sensasi itu.
Perasaan bahagia yang begitu tenang mengendap perlahan di kalbu. Rasa itu
kurasakan kembali beberapa hari lalu. Kala itu ketika kalajengking merah keluar
dari garasi dan kukendarai menuju 81 km kearah utara Bali. You Don’t say? Saatnya
berjalan – jalan di hari libur!
15 November 2012 adalah hari libur nasional
yang juga merupakan hari besar keagamaan bagi saudara muslim kita. Momen
liburan ini kupakai sebagai waktu untuk bersantai seharian. Melegakan kepenatan
di kepala karena efek kerjaan. Melegakan badan yang sudah biasa terforsir untuk
kegiatan yang tidak santai. Melegakan niat agar rencana jalan – jalan tidak
berakhir hanya sebagai rencana (Hah!). Rute yang direncanakan merupakan salah
satu rute yang terjauh, yah, setidaknya untuk saat ini. Singaraja. Tentu saja
aku tidak berangkat sendirian. Ada Imma sebagai partner setia. Juga local girl yang kami angkut khusus dari
Denpasar untuk mengikuti hasrat kami menuju Gumi Panji Sakti. Berhubung local girl yang (untuk selanjutnya kita
sebut sebagai Upin) memang berdomisili di Singaraja namun memiliki tugas mulia
di Denpasar ini sedang senggang, jadi kami angkut dengan tega untuk menemaniku dan
Imma pergi ke Singaraja dan kembali ke Denpasar pada sore harinya.
Masih Ingat? Namanya Kalajengking Merah |
09.10
wita kami berangkat dari Denpasar menuju Singaraja. Mengendarai Kalajengking
merah, tipikal Jeep seri CJ 7, perjalanan saat itu diprediksi akan menjadi awesome. Awalnya terasa sedikit
menjemukan ketika harus menerobos kawasan lalu lintas padat. Tidak berapa lama
semuanya terobati dengan pemandangan sawah dan serba – serbi visual alam yang
tertangkap oleh mata ketika meninggalkan daerah Denpasar. Rute yang ditempuh
merupakan rute biasa. Melewati beberapa kabupaten untuk nantinya bertengger di
ujung utara Pulau Bali.
Memasuki
daerah Bedugul, udara dingin terasa menyapa kulit. Sangat menyenangkan dan aku
menikmatinya. Mengingat suhu di denpasar belakangan berkisar 28 – 31 derajat
celcius tiap hari, ingin rasanya udara dingin ini kusimpan di kantong dan
kukeluarkan saat sedang kepanasan di Denpasar. Kuhirup dalam – dalam oksigen
dingin ini dan kunikmati lama – lama suasananya. Upin berencana membelikan oleh
– oleh strawberry bagi keluarganya di Singaraja. Imma juga serupa. Kubelokkan
sementara kalajengking merah menuju pasar di dekat pintu masuk kebun raya
Bedugul. Kuparkirkan dengan tenang. Setenang udara halus yang mengalir,
memasuki hidung, melewati paru – paru dan menaikkan hormon serotonin dengan
sangat ramah.
Nemu di perjalanan. Ugh! Supir truk itu sastrawan semua loh... Ini buktinya. Btw, itu gambar siapa? |
Tiga
jam perjalanan dan Kalajengking merah
yang memiliki nomor polisi DK 733 P ini sampai dirumah Upin. Upin terlihat
sumringah bahkan saat kelajengking merah baru memasuki areal Singaraja.
Dirumahnya, keluarga Upin menyambut hangat kedatangan kami. Minuman dingin
datang menemani aku dan Imma sementara Upin masih bersama sang ibu di dapur. Berselang berapa lama,
kami dipersilahkan menyantap salah satu makanan terkenal dari Singaraja.
Siobak. Dengan rasanya yang sangat berbeda dengan Siobak yang dijual di
Denpasar dan jumlahnya yang cukup banyak, kejutan pertama ini cukup membuatku girang
di tengah cuaca Singaraja yang cukup gerah nan puanassss.
Minuman segar penghapus dahaga seketika duar duar duar! |
Makanan khas dan gratis. Auw Auw Auw! Thank You Upin :D |
Sejam
bersantai di rumah Upin, perjalanan dilanjutkan menuju Air Terjun Sekumpul. Sebagai
tipikal orang santai dan gampang sekali senang, aku dan imma mengiyakan saja
ketika diajak berjalan – jalan ke air terjun. Sebenarnya masih ada pantai
Lovina sebagai pilihan yang lain tapi diurungkan karena waktu itu masih siang.
Siang – siang dipantai? Eum, sorry, I’m
not bule :p
Sekitar
30 menit, kalajengking merah akhirnya sampai di parkiran. Terlihat tangga yang
menuju ke bawah, kearah jatuhnya air dari air terjun Sekumpul. 20 menit
berjalan dan… waow! I love it very much !!!
:*
Suasana jalan menuju air terjun sekumpul. Dipandu local guide yang terlihat bersemangat. |
Haloooo Air Terjun...! |
Klik tanda zoom di tengah untuk memperjelas *trollface |
Identitas sebenarnya adalah... |
Oh, ternyata itu fotoku -___-! |
Pamer dik ah... biar pernah,, Hihihi... |
Jam
5 sore kami memutuskan kembali ke Denpasar. Kami pun kembali ‘mendaki’ jalan
menuju tempat parkir. Mungkin karena jarang olahraga, cepat sekali nafas kami
habis dan berhenti untuk beberapa kali sebelum dapat mencapai kalajengking
merah. Masing – masing dari kami membawa oleh – oleh dari Singaraja. Upin
membawa rasa kangen yang terlepaskan saat bertemu dengan keluarga. Aku membawa
kepuasan karena dapat berjalan – jalan ke Singaraja. Imma membawa berbagai
jepretan dari hapenya dan sebuah luka di jempol kaki kanannya karena terantuk
saat menuju ke parkiran. “Sabar ya sayang, nanti saja sembuh koq :* “
Selamat tinggal Singaraja #lambai2 |
Ada
yang aneh dari perjalanan kami di hari itu. Saat bertolak menuju Denpasar, kami
tentu saja harus melewati area Bedugul (lagi). Kekhawatiran akan kabut yang
turun mengingat jam menunjukkan setengah tujuh malam. Tapi entah mengapa,
sekelebat kabut pun tidak kami jumpai walau angin dingin sudah mulai meruak
hingga kedalam mobil. Sebelumnya kami sempat singgah di pura Yeh Ketupat yang
kata upin adalah pura yang cukup wajib dikunjungi oleh masyarakat Singaraja.
Bertempat sebelum memasuki areal Bedugul. Tepat saat aku dan Imma
mempersembahkan canang di Pura itu, tiba – tiba lampu hidup menerangi tempat
kami bersembahyang. Padahal saat itu tidak ada orang lain selain kami bertiga.
“Mungkin ada orang yang menghidupkan lampu,” ujarku dengan memakai logika
cetek.
Terlepas
dari itu semua, perjalanan kali ini benar – benar menyenangkan. Mungkin bisa
dibilang diberkati. Memulai perjalanan di pagi hari, berjalan – jalan
menyenangkan di Singaraja saat siang hari , dan perjalanan tanpa kabut membuat
kami bisa melihat kelap – kelip lampu saat melewati bedugul menuju Denpasar
ketika malam menjelang. Sungguh indah dan memorable.
Lantunan lagu mengisi keceriaan kami lewat nada apa adanya yang spontan keluar
menikmati keindahan perjalanan saat itu. Hingga akhirnya kami sampai di
Denpasar beberapa jam kemudian. Letih dan senang bercampur menghiasi kesan
perjalanan kali ini. 13 jam mungkin sedikit. Tapi ini adalah 13 jam yang patut
untuk dikenang. Terima kasih Upin. Terima kasih Imma sayang :*, Terima Kasih
Kalajengking Merah. Terima kasih untuk perjalanan yang menyenangkan ini J
Berpose dan tunggu cerita perjalanan selanjutnya :p #jreng #jreng #jreng |
Nb
: foto - foto diatas adalah kolaborasi jepretan antara kamera hp mahal Imma dan hp kamera
seadanya milikku J
Komentar