Pantai selalu membuatku merasa nyaman. Seakan memiliki emosi, deburan ombak nya selalu menyahut ketika aku mencoba berbicara denganya. Oke,oke, Mungkin terdengar aneh tapi apa salahnya berbicara pada benda mati? :D
Kembali ke pantai, entah kenapa aku selalu merasa dekat dengannya. Apa karena jarak dari rumahku menuju ke pantai terdekat hanya 7 menit menaiki motor? Selain itu, aku selalu diajak melihat pantai oleh orang tua sewaktu aku masih kecil. Pantai bisa menjadi tempat menyenangkan. Tidak perlu membayar untuk menikmati keindahannya. Kita bisa mendatangi pantai kapan pun kita mau (tidak ada jam tutup untuk menikmati pantai seperti jam tutup pada supermarket). Pantai, yang dimana akhir – akhir ini telah mengambil perhatianku lagi telah membuatku memiliki teman curhat kembali.
Sedikit flash back, sewaktu SMA, ternyata intensitas ku pergi ke pantai sangat tinggi. Baik sendiri ataupun bersama teman – teman. Saat itu terasa menyenangkan. Tanpa beban aku bisa tertawa maupun berteriak lepas ke arah gulungan air garam yang seakan – akan mencoba meraih kakiku dan menggulungku. Kalau pantai itu bisa menyahut kata – kataku, aku ingin sekali berterima kasih padanya karena telah membantuku melewati masa sulit saat tidak ada seorangpun yang – pada waktu itu – bisa menemani ataupun mendengarkan keluh kesahku.
Banyak cerita yang telah aku berikan pada pantai yang ada di hadapanku ini. Mulai dari mimpi mengelilingi dunia saat menyadari bahwa pantai yang sedang kuinjak ini terhubung oleh laut yang luas dan berakhir dengan pantai yang berbeda dibagian dunia yang lain. Harapan melihat sunset di pantai seperti yang terekam di film – film Jepang (yang belakangan kutahu bahwa pantai yang kudatangi arahnya menghadap timur. Sunset at the eastern beach? How fool i am! ). Aku sering ‘melarikan diri’ ke pantai saat masalah sedang merundungku dengan gencar. Sekedar mencari waktu untuk menikmati kesendirian yang aku sering habiskan hanya untuk duduk ke arah pantai hingga perasaanku terasa stabil kembali. Em, tidak selalu sih, kadang pantai mengusirku dengan meniupkan angin laut yang mampu membuatku menggigil beberapa saat hingga akhirnya aku beranjak pulang dengan muka yang masih –orang bilang - manyun.
Aku pernah melihat pantai yang begitu indah. Disaat purnama di atas air terpantul dan membuat bayangan panjang yang akhirnya sampai menerangi wajahku. Saat itu lampu belum ada di daerah pantai yang kudatangi. Tapi dengan bantuan sang rembulan *uhuk*, aku bisa menikmati suasana pantai yang terlihat begitu cantik di waktu malam. Pelan – pelan, beban yang ada di hatiku waktu itu memudar. Aku merasa deburan ombak yang melembut dan pemandangan cantik pantai yang terbentang menenangkan dan mulai menghibur perasaanku yang kosong. Saat mulai menyadari posisiku yang sendiri memandangi pantai, aku teringat sesuatu. Kemarin lusa, di daerah pantai yang kudatangi ini terjadi kasus penusukan. Beritanya baru kubaca kemarin pagi. Damn! I’m in the place that scene was happen! Kulirik ke sebelah kanan, gelap. melihat ke sebelah kiri, sepi. Argh! Ada dua orang pemuda yang ternyata telah berdiri di belakang tempat kududuk tanpa kusadari! Kapan mereka datangnya?! Aduh, aku belum ingin menjadi headline berita kriminal di koran lokal saat ini. Terlebih menjadi korban. Setelah mengucapkan terima kasih kepada pantai yang tetap cantik, aku berdiri , mengancingkan jaketku dan menuju motor bebek Jepang yang akan mengantarkanku ke rumah.
Akhir – akhir ini aku mulai sering pergi ke pantai. Saat sore menjelang, kadang kuhabiskan waktu untuk bersepeda di daerah para pejalan kaki di samping pantai. Dimulai dari pantai Padanggalak hingga Sanur. Aku merasa tenang. Nyaman sekali. Pedal yang kukayuh disambut dengan rasa gembira yang meningkat. Aku merasa sangat bebas. Ku lepas pegangan dari sepeda dan Voila!, aku tidak terjatuh. Kurentangkan kedua tanganku sambil tetap mengayuh sepeda. Suara ombak disebelahku terus mengisi telingaku dengan musik alam yang sangat kunikmati. Sampai matahari mulai meredup, akhirnya kuputuskan untuk memutar arah sepedaku dan melanjutkan kegiatan menyenangkan ini lain waktu.
Jam menunjukkan pukul 09.57 Wita. Aku harus pergi ke suatu tempat. Aku baru saja sampai di pantai ini - lagi - 10 menit yang lalu. Kudapati diriku duduk meringkuk ke arah pantai sambil memandang ombak yang datang menyapa tiada henti. Matahari mulai bersinar terik. Pantulannya di air membuat silau mataku. Rasanya pantai ini mengusirku lagi. Tapi sudahlah, memang jadwalku untuk sekarang meninggalkan pantai ini. Hari ini, pantai ini telah kembali mengobati perasaanku yang sempat kacau. Yah, kamu tahulah masalah pasti akan selalu datang pada diri kita sebagai manusia. Tapi rasanya tidak akan menjadi dosa berat jika aku bercerita sedikit masalahku pada pantai ini. Aku kini berdiri. Setelah membalikkan badan, aku berbisik, “Apakah pantai ini mau menungguku kembali untuk bercerita lagi?” (yo)
Komentar
ada info sedikit ne., kalau kalian pengen buat anak cowok, sebelum berhubungan intim ke pantai dulu, cos air laut mempunyai ph yang tinggi untuk menghasilkan anak laki-laki,.
Btw articlenya mantab bro.,
best regard.,
Wira Hanamura.,
Hehehehe :D
aku suka pantai..tempat yg nyaman, saat bosan mendengar celotehan orang2, gulungan ombak terdengar sperti lagu merdu.. *uhuk*
pantai: sahabat sejati bagi mrk yg kasmaran ataupun gundah. :)
Wauw, Very Like your comment :D
hehehehe
;)
Nb : pengen kepante seharian penuh jadinya,, huaaaa...
pantai menjadi banyak cerita dari diri kita masing2.. dan itu juga kenapa tiap pergi ama dha wid slalu minta ke pantai, karena pantai selalu membuat ketenangan pada setiap orang yang memandangnya.. :)
yup, pantai memang menjadi tempat yang menyenangkan dan menenangkan tentunya :)